Tumpeng Robyong adalah salah satu jenis tumpeng yang memiliki makna sakral dalam budaya Jawa. Tumpeng ini biasanya disajikan dalam acara selamatan, terutama dalam ritual pertanian atau hajatan besar, sebagai simbol permohonan keselamatan dan keberkahan.
Sejarah dan Makna Tumpeng Robyong
Tumpeng Robyong memiliki bentuk khas dengan hiasan batang pisang di bagian puncaknya, dihiasi dengan janur dan aneka lauk yang menggambarkan kemakmuran. Kata “robyong” sendiri berarti “mengikat” atau “mengumpulkan”, melambangkan kebersamaan dan persatuan dalam masyarakat.
Ciri Khas Tumpeng Robyong
- Nasi Berbentuk Kerucut – Sama seperti tumpeng pada umumnya, nasi berbentuk gunung sebagai simbol harapan dan hubungan dengan Tuhan.
- Hiasan Batang Pisang dan Janur – Menandakan kesuburan dan keberkahan dalam kehidupan.
- Lauk yang Beragam – Mewakili berbagai aspek kehidupan yang harus dijalani dengan seimbang.
- Penggunaan dalam Ritual Adat – Sering digunakan dalam upacara pertanian, pembangunan rumah, atau syukuran besar.
Lauk Pelengkap Tumpeng Robyong
Seperti tumpeng pada umumnya, Tumpeng Robyong juga dilengkapi dengan lauk khas yang memiliki makna mendalam:
- Ayam Ingkung – Melambangkan kepasrahan kepada Tuhan.
- Telur Rebus – Simbol kehidupan baru yang penuh berkah.
- Ikan Asin atau Ikan Teri – Menggambarkan solidaritas dan kebersamaan.
- Urap Sayur – Sebagai lambang kesuburan dan kemakmuran.
- Tempe dan Tahu – Melambangkan keseimbangan dalam kehidupan.
Kapan Tumpeng Robyong Disajikan?
Tumpeng Robyong biasanya digunakan dalam acara-acara penting seperti:
- Selamatan Panen – Sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah.
- Pembangunan Rumah atau Tempat Usaha – Untuk memohon keselamatan dan keberkahan.
- Upacara Pernikahan – Sebagai simbol harapan agar rumah tangga yang dibangun penuh dengan keberkahan.
- Peresmian atau Hajatan Besar – Untuk mempererat kebersamaan dalam masyarakat.