Jika mengulik masa zaman dulu. Nasi keroyokan ini lebih dikenal dengan istilah Jawa-nya “sego bancakan”. Dari acara selametan, syukuran, agustusan, dan acara-acara lain familiar dengan “bancakan.”
Bancakan itu sendiri berarti acara peringatan sukuran (hajatan), baik ulang tahun, kelahiran dan lain-lain. Keroyokan atau disebut orang dengan nasi rebutan, sebenarnya adalah nasi yang diserang beramai-ramai untuk dinikmati bersama-sama. Ada yang menikmati bersama keluarga besar, ada pula yang menikmati bersama teman, kawan, komunitas, squad, genk, partner, dan lain-lain asalkan berame-rame.
Nah, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari menu “nasi keroyokan”. Yuk, simak ulasannya di bawah ini.
- Simbol kebersamaan
Nasi keroyokan ini harus dinikmati oleh banyak orang secara beramai-ramai, dalam waktu yang bersamaan, dalam satu tempat yang sama, dan dalam hidangan yang sama. Dari kata bersama-sama dengan berbarengan, dari kebersamaan itu akan lebih terasa jalinan kekeluargaannya (sekalipun bukan keluarga sedarah, keluarga dekat), namun akan semakin intim jalinan pertemanannya. Dalam kebersamaan tidak ada perbedaan. Perasaan menyatu pun akan semakin terasa kuat.
- Simbol duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.
Nasi keroyokan dinikmati dengan beralaskan daun pisang yang panjang dan lebar. Terkadang dalam resto, café atau tempat makan mewah dan elit disediakan piring yang terkesan dengan penampilan cantik, elegan dan unik. Tak jarang juga alas makan yang digunakan cukup mahal. Nah, nasi keroyokan cukup beralaskan daun pisang yang murah meriah, tanpa harga mahal dan sangat mudah untuk mendapatkannya. Dari alas makan daun pisang itu kita dapat belajar makna kesederhanaan hidup, tak perlu mewah dan mahal untuk sebuah kebersamaan yang membahagiakan. Kesederhanaan bisa menyatukan perbedaan, kesederhanaan bisa membuat kebahagiaan dan kebersamaan tercipta. Kesederhanaan memaknai bahwa kita semua sama, sama rata tidak ada yang membedakan.
- Mengaburkan status dan strata sosial.
Kalau menikmati makanan “nasi keroyokan” wajib makan memakai tangan, tanpa sendok, garpu atau pisau seperti ketika menikmati makanan di resto mewah dan café tersohor. Menikmati nasi keroyokan hanya bermodalkan tangan dan ‘kobokan’ (air cucian tangan dalam mangkok kecil). Makan dengan tangan memaknai suatu keadaan yang rendah hati, sangat sederhana. Makan nasi keroyokan dengan tangan membuat semua terasa sama, tidak ada yang lebih dan paling. Tidak ada kaya, miskin, tidak ada jelek atau cantik karena semua sama makannya pakai tangan. Dari ritual makan nasi keroyokan pakai tangan ini kita bisa belajar tentang kerendahan hati yang menciptakan kebersamaan, mengaburkan status dan strata sosial.
- Karena yang sederhana juga istimewa.
Menu makanan “nasi keroyokan”, jauh dari makanan kota yang istimewa, makanan barat, atau makanan mewah lainnya. Menu nasi keroyokan ini sangat Indonesia banget. Biasanya ada sayur urap-urap, tahu, tempe, sambal, ayam, kothokan dan krupuk. Makanan yang disajikan memang bukan kategori makanan istimewa atau pun mahal, tetapi ketika makanan tersebut dinikmati beramai-ramai, enaknya akan terasa seperti makanan yang sangat istimewa.
Kebersamaan juga bukan bicara tentang keistimewaan, melainkan dari hal-hal yang biasa saja jika digabung akan menjadi sesuatu yang istimewa. Penikmat nasi keroyokan memang beragam pribadi tetapi akan menjadi satu dalam ‘nasi keroyokan’ yang membuat kebersamaan semakin terasa istimewa.
5. Kesederhanaan sebuah kebersamaan adalah kebahagiaan.
Ketika menikmati “nasi keroyokan”, gelak tawa pasti akan menemani di saat-saat kita makan bersama. Ramainya, serunya, dan riuhnya gelak tawa akan menghantarkan para penikmat untuk menikmati dan menghabiskan hidangan yang ada. Kebersamaan menciptakan suka cita, karena hati yang gembira adalah obat yang manjur. Di mana ketika ada yang bersedih, bersusah hati, galau, akan hilang seiring habisnya nasi keroyokan. Kita akan terhibur oleh rekan dan saudara yang menciptakan gelak tawa bersama. Kebersamaan menciptakan kebahagiaan dan suka cita.
Jadi, nasi keroyokan bukan sekadar menikmati, makan menghabiskan dan pulang. Melainkan banyak hal yang akan kita dapatkan dari sebuah hidangan ala “nasi keroyokan”. Kebersamaan, kesederhanaan, kerendahan hati, tidak adanya perbedaan dan suka cita yang bersama-sama dirasakan.
Bu Mimin Surabaya juga menyediakan nasi keroyokan dengan cita rasa khas nusantara. Bu Mimin senantiasa mengutamakan cita rasa tradisional, kebersihan dan juga profesional. Makanan Surabaya khas Bu Mimin rasanya seperti masakan rumahan. Produksi makanan enak khas Surabaya yang mampu menyajikan masakan kekinian dengan rasa paling lezat dan juga sehat. Nasi keroyokan juga bisa memupuk kebersamaan antar sesama. Jika Anda ingin merayakan acara penting tertentu, percayakan saja kepada Bu Mimin. Karena kami akan melayani dengan sepenuh hati.